Senin, 01 November 2010

RASA NASIONALISME MULAI LUNTUR DI NEGERI KOE

Oleh
DANIEL HERMANSYAH
STAF KECAMATAN BANYUASIN III

Bila menyimak kembali lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, begitu besar rasa persatuan dan kesatuan pada waktu itu. Meski berangkat dari kekuatan primordialisme dengan latar belakang kedaerahan seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, dll, tetapi mereka berhasil mengekang simbol-simbol etnis, suku, bahasa, kemauan masing-masing dan mengangkat nilai nilai nasionalisme.


Hal tersebut seharusnya diwariskan kepada pemuda masa kini, karena realitas sekarang telah banyak mengalami perubahan. Saat ini muncul kecenderungan terbalik, dari kesadaran kolektif nasional ke arah primordialisme SARA, kecenderungan menguatnya identitas lokal dari pada identitas nasional.

Nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam Sumpah Pemuda yaitu nilai persatuan dan kesatuan, nilai kebersamaan dan nilai cinta tanah air mulai luntur.

Hal ini dapat kita lihat beberapa peristiwa/konflik yang pernah terjadi di Indonesia diantaranya :

-          Peristiwa Tarakan 26 September 2010, konflik individu yang melebar menjadi konflik etnik yaitu antara sekelompok warga suku bugis dengan suku Tidung di Tarakan Kalimantan Timur.

-          Peristiwa Ampera tanggal 29 September 2010, konflik berdarah di jalan Ampera antara kelompok Ambon dan kelompok Flores.



Kemudian kalau kita ingat lagi peristiwa bebarapa tahun yang lalu :

-          Kerusuhan yang terjadi di Sampit dan Palangkaraya Kalimantan Tengah tahun 2001, antara etnis Madura dan penduduk asli.

-          Kerusuhan etnis di Ambon tahun 1999.



Belum lagi hilang dari ingatan kita kerusuhan Mei 1998 yang merupakan peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia terutama bagi etnis Tionghoa/Cina. Padahal pada waktu Sumpah Pemuda dulu juga dihadiri oleh beberapa perwakilan pemuda Tionghoa.

Para pelajar dan mahasiswa tak bosan melakukan tawuran yang kadangkala hanya mempertahankan hal-hal yang tidak prinsip. Para pelajar dan mahasiwa saat ini lebih mengarah kepada konflik yang tidak jelas atau perpecahan daripada persatuan dan kesatuan.

Indonesia sebagai negara kesatuan dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan memang rawan dengan pertikaian atau konflik. Apabila kita perhatikan konflik-konflik yang terjadi di Indonesia berawal dari perbedaan tersebut. Setiap individu atau kelompok mempunyai pendirian, perasaan, latar belakang budaya, kepentingan yang berbeda-beda. Benturan masing-masing perbedaan itulah yang kadangkala menimbulkan konflik, sebab dalam menjalankan hubungan sosial seseorang/kelompok tidak selalu sejalan dengan kelompok lain.

Benturan-benturan tersebut dikarenakan nilai-nilai persatuan dan kesatuan, nilai kebersamaan sering diabaikan, hal ini disebabkan antara lain :

-          Kebanggaan yang berlebihan terhadap kelompoknya.

-          Munculnya dikotomi-dikotomi seperti Jawa-luar Jawa, militer-sipil, suku asli-pendatang, asli-keturunan, mayoritas-minoritas.

-          Tidak ada tokoh sentral yang dikagumi sebagai simbol persatuan dan kesatuan.

-          Sudah melunturnya kebanggaan terhadap sejarah bangsa.



Bila kita kembali melihat latar belakang timbulnya Sumpah Pemuda yaitu berdasarkan perbedaan-perbedaan pada sejarah, bahasa, budaya, hukum adat, dan kepentingan, namun dari perbedaan ini timbul tekad untuk bersatu dengan mengekang simbol-simbol etnis masing-masing dan mengangkat nilai-nilai nasionalisme.

Oleh karena itu semangat dan jiwa Sumpah Pemuda perlu digelorakan kembali dalam jiwa bangsa Indonesia. Tapi tidak cukup hanya menggelorakan saja, perlu tindakan nyata dari seluruh komponen bangsa :

-            Pemerintah, dalam membuat kebijakan harus memberikan keadilan dan pemerataan, mengutamakan penegakan hukum dengan menempatkan setiap warganegara sama di depan hukum dan menjamin keamanan bagi warganya.

-            Para elite politik harus menghilangkan bentuk-bentuk primordialisme sempit, yang lebih mementingkan kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama.

-            Para propesi, guru, dosen, pegawai dll, agar bekerja dengan baik dan ikhlas hingga mampu mengukir prestasi yang gemilang.

-            Mahasiswa dan pelajar sebagai kaum intelektual muda harus menomorsatukan persatuan dan kesatuan, jangan terkotak-kotak sesuai dengan almamaternya. Dengan intelektualnya akan mengantarkannya menjadi sosok cendikiawan yang mampu melahirkan ide-ide cemerlang yang dibutuhkan bagi bangsa.

Dengan peringatan Sumpah Pemuda ini, sudah sepatutnya Sumpah Pemuda dijadikan landasan sebagai komitmen bangsa Indonesia yang sangat penting nilainya dalam perjuangan bangsa Indonesia. Sumpah pemuda jangan hanya dianggap sebagai ritual sebagai sejarah belaka yang harus diperingati setiap tahunnya. Berkat Sumpah Pemuda, pemuda zaman dulu berhasil menggalang rasa persatuan dan kesatuan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Semangat Sumpah pemuda harus ditumbuh kembangkan, dengan demikian rasa kebangsaan, rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia kian kokoh dan kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar